Di pulau seberang terlihat fajar mulai terang.
Sinarnya terus menyerbu siapa pun yang terduduk berbaris di tepian pantai.
Sederet sekitar puluhan orang.
Menanti sabar seakan diberi.
Memang kecuali sinarnya yang terus mengembang.
depot puisi: sari rasa
suatu waktu manusia pernah menulis dan membaca. namun suatu waktu juga manusia merasakan sesuatu yang benar-benar indah.
Selasa, 23 Juni 2015
Soraya
Minggu, 10 Mei 2015
Fase siang
Di kala siang menghampiri.
Terik panas terasa menyengat kebersamaan.
Saat itu, entah kau atau aku.
Akan mengurai pikiran satu sama lain.
Menyebabkan kedekatan kita melebar.
Angan kita terhenti demi keadaan.
Sadarku-sadarmu berdiskusi dalam khayalan.
Tapi kita saling mencintai kan?
Walau harapmu bukan nyataku.
Lalu kita saling menyayangi kan?
Walau raga-raga ini enggan bersentuhan.
Kita juga saling mengasihi kan?
Walau kejelasan masih memakan waktu.
Dan kita saling memahami kan?
Walau belum untuk saling memiliki.
Tetapi filsafatku akan bekerja.
Mengejar keabadian cinta kita.
Sebab siang terik adalah niscaya.
Senin, 27 April 2015
Serapah sesal
Aku mendapati diriku berkecimuk
Ketika kau merengek, jangaaan!
Sebilah pisau tak henti menusuk-nusuk
Oh perih! sampai air mataku terkucur deras
Hujan kemudian mengguyur
Dalam perjalanan menuju sendiri
Tentu berharap luntur saja sesal ini
Tapi kau tampak terisak pilu
Oleh kesalahpahaman versimu beda versiku
Ingin kulepas begitu saja kendaraan kendali
Tapi petir mengamuk sahut sinahut
Seakan hari keadilan bersamanya
Di luar itu, di dalam kesendirian, memori mengeruak
Keluar dengan muram burja dari cangkang otakku
Memuakkan aku tanpa jeda
Oh kenapa aku Tuhaaan!
Andai dulu kutahu, aku takkan!
Rabu, 15 April 2015
sirnanya semangat kedewasaan
Apabila kita berkaca didepan cermin labirin
Dalam konfigurasi berhadap-hadapan, pun
Menghasilkan refleksi nisbi yang tak berujung
Tertinggal jauh sudah, sebab cermin itu sudah menjadi tatakan hidup
Seandainya dibongkar pun, para penyokong akan menuntut
Atas biaya dari rencana besar yang mereka siapkan dibaliknya
Demi kehidupan sintetis yang mereka pertaruhkan secara serampangan
Daripada kita mencari kembali semangat itu
Diantara relung platonik yang dalam dan tercerabut dalam pecahan
Dan daripada kita bersusah payah
Kenapa kita tidak teruskan saja keadaan kasar ini
Seraya berharap sang mesiah, yang kini kita anggap mitologi
Oh dimanakah janji-janji manis kerajaan Tuhan
Senin, 08 Desember 2014
Puisi orang jaman sekarang
Orang jaman sekarang lupa akan realitas
Sebuah realitas plastik yang rentan mengeluntung
Oleh sulutan kaum oportunis gila kesuksesan
Orang jaman sekarang terlalu cepat menduga
Menduga untuk meluapkan nafsu kotor serpihan kecewa yang tak rampung
Sementara begitu bahayanya salah duga
Orang jaman sekarang buta sama hal yang tersmbunyi
Yang menggerakkan realitas
Padahal itu disembunyikan oleh tuan yang memperbudakmu
Orang jaman sekarang adalah kaki tangan perutnya sendiri
Perutnya letih sedikit dianggap berteriak
Perutnya itu sudah mengantongi jutaan racu
Orang jaman sekarang malas belajar
Lupa untuk memanfaatkan dunia
Alih alih mencari tahu, justru terjebak oleh etika palsu
Ketika aku sadar aku adalah orang jaman sekarang,
Aku ingin mengungguli mereka,
Aku ingin memutar dunia
Kita tak bisa berhenti berfikir
Dunia bukan tempat singgah yang sempurna
Jadi kenapa kau berlagak?
laksana aku melihat cahaya dalam dirimu
Rabu, 19 November 2014
Sabar
Ketika kau tak tahu apa yang akan lalu
Kenapa kau bergejolak
Apakah kau takut yang buruk menimpamu
Ataukah Tuhan yang kau tolak
Lantas mengapa kau marah?
Mengapa pula kau mati rasa?
Hiduplah diantaranya
Kediaman Tuhan yang ramah tamah